Rabu, 13 April 2016

KEHARMONISAN MUSIK DAN SEPAKBOLA

Musik adalah sebuah kenikmatan tersendiri dalam rentetan aktivitas manusia. Entah sedang lelah, senang, sedih, bahagia hingga cemas. Musik selalu mendapat porsi pada kehidupan manusia. Menikmati musik sesuai mood adalah hal tersimpel dalam mengatasi suasana hati. Belum lagi apabila itu dinikmati langsung ketika menonton sebuah pertunjukan musik, baik itu konser rock ataupun orkestra.

Lantas apa hubungannya dengan sepak bola? Sepak bola dan musik sesuatu yang sangat berbeda. Keduanya punya ruang masing-masing. Namun, yang membuatnya sama adalah antusiasme, kenapa? Karena sepak bola sebagai olahraga yang sangat populer punya massa yang besar, baik itu yang datang langsung ke stadion maupun menyaksikan di layar kaca. Musik pun kurang lebih sama. Tak jarang keduanya pun membuat histeris bagi penikmatnya.

Lalu muncul sebuah pertanyaan, apakah bisa kita menikmati sepak bola dan musik secara bersamaan? Jawabannya sangat bisa. Bahkan keduanya bisa harmonis. Keduanya bagaikan pasangan yang cocok, atau mungkin sudah ditakdirkan Tuhan dan tercatat di lauhul mahfud. Menikmati musik melalui sepak bola adalah sebuah keindahan yang sepak bola sanggup sajikan. Sembari menikmati sebuah laga sepak bola anda dihalalkan bahkan dianjurkan menikmatinya dengan nyanyian.

Nyanyian sebagai representasi musik dalam sepak bola dapat menjadi ruh tersendiri. Jika selama ini kita dapat bernyanyi bersama dan lantang pada sebuah konser, maka hal itu dapat kita lakukan di dalam stadion. Pastinya dengan objek pemandangan yang berbeda. Nyanyian dalam stadion dapat memberikan motivasi tersendiri bagi tim yang didukung bahkan mampu memberikan pressure pada lawan. Tak jarang kedua suporter dari masing-masing keseblasan terlibat adu nyanyian dalam satu pertandingan sepak bola.

Dalam sepak bola, nyanyian biasa disebut chant. Biasanya ada yang berasal dari gubahan lagu-lagu populer, namun ada pula yang sengaja diciptakan sendiri oleh sekelompok fans. Kebanyakan kelompok fans sepak bola di daratan eropa memakai lagu dari mulai milik Frank Sinatra hingga band punk rock macam Cock Sparrer. Lagi mereka sengaja digubah liriknya dan dijadikan nyanyian penyemangat. Nada yang dianggap populer justru menjadi resep mereka agar nyanyian tersebut dapat dihafalkan dan dinyanyikan bersama-sama di stadion.

Fans Liverpool misalnya, lagu Can’t Take My Eyes Off You yang sangat syahdu digubah liriknya menjadi lagu penyemangat untuk kapten mereka; Steven Gerrard. The Beatles boleh berasal dari kota Liverpool namun lagu Hey Jude yang populer itu digubah liriknya dan dijadikan penyemangat dari fans Arsenal untuk striker kebanggan mereka; Oliver Giroud.

Jika anda tahu tembang klasik dari Elvis Presley yang berujudul Cant Help Falling In Love, maka jangan kaget apabila lagu tersebut selalu diputar di Stadium Of Light untuk mengiring The Black Cats (Julukan Sunderland A.F.C) berlaga. Para fans pun fasih menyanyikannya, dan nyanyian itu pula menjadi simbol loyalitas suporter terhadap klub serta lantunan doa yang disematkan kepada klub yang dibela. Mirip seperti Fans Liverpool atau Borrusia Dortmund menyanyikan lagu Youll Never Walk Alone sebelum berlaga.

Fans Manchester United sendiri pernah menggubah lirik dari Love Will Tear You Apart karya Joy Division menjadi Giggs Will Tear You Apart. Lagu tersebut sekaligus menjadi dedikasi khusus untuk Ryan Giggs sebagai sang legenda hidup mereka. Uniknya, band Joy Division yang beraliran Post Punk ini adalah band asli dari kota manchester yang dikemudian hari dikenal dengan aliran musik Madchester.

Kita beralih ke timur tengah, gejolak revolusi yang terjadi di Mesir membuat kelompok suporter sepak bola ikut turun ke jalan. Dan dari peristiwa itu kelompok suporter yang tergabung dalam Ultras White Knights menciptakan lagu yang berjudul Syamsil Huriyyah (Sinar Pembebasan). Lagu itu kemudian dinyanyikan selama melakukan aksi menuntut rezim Husni Mubarok. Lagu Syamsil Huriyyah pun menjadi lagu perjuangan yang populer dikalangan pejuang revolusioner di Mesir dan rutin dinyanyikan sebagai penyemangat saat berkumpul di Tahriri Square.

Lantas, bagaimana dengan di Indonesia? Meskipun lagu Iwak Peyek dan Cucak Rowo sudah lama digubah dan dijadikan nyanyian beberapa suporter di Indonesia, namun ada beberapa kelompok yang kreatif menggubah lagu yang lain. The JakMania ( Persija Jakarta Fans) menggubah lagu kerakyatan Irlandia, “Field Of Athenry” menjadi “Field Of GBK” dan ini berhasil populer sekaligus menjadi lagu wajib saat Persija berlaga. Fans Persis Solo, Pasoepati pernah juga menggubah lagu “Sepanjang Jalan Kenangan” menjadi lagu nyanyian suporter sepak bola yang syahdu.

Lain di Jakarta, lain di Solo. Di Sleman, Brigata Curva Sud (PSS Sleman Fans) pernah menggubah lagu Anie Carera yang berjudul “Cintaku Tak Terbatas Waktu menjadi lagunya. Sah-sah saja menggubah lagu, namun hal estetika patut diutamakan karena jikalau tidak cocok maka akan terdengar fals. Tapi, tidak jadi soal asal jangan dipergunakan untuk nyanyian yang berbau rasisme dan menjadi pemecah.

Menarik bukan? Ya, pada akhirnya musik pun bisa kita nikmati tak hanya di dalam sebuah konser namun bisa juga dinikmati di dalam stadion. Bersama ribuan insan, dengan komando atau tidak dengan komando kita bisa menyanyikan bersama menghadap kepada 11 punggawa kita yang sedang berjuang memperebutkan kemenangan. Jangan malu jangan ragu, karena euforia adalah hal terpenting dalam sepak bola. Tanpa euforia, sepak bola bak sayur tanpa garam.

Namun, jika anda masih ragu menikmati musik melalui sepak bola, maka coba tanyakan rekan anda yang pernah langsung menyaksikan tim nasional Indonesia berlaga. bagaimana rasanya menyanyikan lagu indonesia bersama satu stadion? Pasti anda merinding dibuatnya!

Sumber: mahasiswabicara.com