Jumat, 18 Mei 2018

PAGI, HUJAN, & KAMU

Pagi itu tak seindah biasanya, tak lagi terdengar kicauan burung yang biasa bersahutan, bising knalpot yang mengganggu deru telingaku juga tak seramai biasanya, udara yang ku hirup juga seperti didesa yang jauh dari polusi.

Pagiku tak lagi indah, awan mendung itu menutupi cahayanya, membiarkan lemah tak berdaya, ialah rasa yang pernah ada.

Pagiku sunyi ketika bulir hujan jatuh tanpa permisi, embun yang biasa membasahi tanaman pun harus binasa terbawa derasnya. Padahal, embun adalah cerita pagi yang teramat asik untuk dinikmati.

Hujan mengecup mentari dengan mesra, seolah melantunkan syair penuh makna.
Hujan membagi cinta dengan aroma kelembutan, juga kenangan.

Hujan membasuh selaksa luka dikelopak mawar, yang memaksa mengingat kepadamu. Yang selalu ku rindu, ketika hujan ini berlalu bersama kepergianmu.

Mungkin sangat singkat detik waktu yang berputar, dengan cepat kamu mengemas cinta yang sempat tinggal diberanda hati.
Mungkin hujan dapat menyamarkan derai tangis yang membasi pipi, hingga keindahan datang seumpama pelangi.

Jkt, 18 Mei 2018